KISAH ABU AYUB AL-ANSHARI "PERMINTAAN SEBELUM WAFAT YANG MENCENGANGKAN"

 Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Abu Ayyub al-Anshari adalah seorang sahabat Nabi Muhammad yang  sangat tua. Hal-hal istimewa dan terkenal darinya adalah ketika Nabi hijrah ke Madinah, rumahnya menjadi tempat pilihan Nabi untuk menetap sementara, yang kedua adalah ketika permintaanya agar dimakamkan yang masih dibawah kekuasaan Romawi. Berikut kisahnya :

 Setelah Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, kedatangannya disambut dengan sangat antusias oleh kaum anshar.Mereka berlomba-lomba untuk menawari Rasulullah tempat untuk menetap.

Dengan mengendarai untanya, Rasulullah berjalan di tengah-tengah barisan pengikutnya. Dengan luapan semangat dari kalbu yang penuh cinta dan rindu, mereka berdesak-desakan berebut memegang tali kekang untanya, karena masing-masing menginginkan untuk menerima Rasul sebagai tamunya.

Rombongan Nabi itu mula-mula sampai ke perkampungan Bani Salim bin Auf, mereka menghentikan jalan unta sembari berkata: "Wahai Rasul Allah tinggallah anda pada kami, bilangan kami banyak,persediaan cukup, dan keamanan terjamin!"

Tawaran mereka yang telah menghentikan dan memegang tali kekang unta itu, dijawab oleh Rasulullah, "Biarkanlah, jangan halangi jalannya, karena ia hanyalah melaksanakan perintah!"

Kendaraan Nabi terus melewati perumahan Bani Bayadhah, ke kampung Bani Sa'idah, terus ke kampung Bani Harits ibnul Khazraj, kemudian sampai di kampung Bani 'Adi bin Najjar. Setiap suku atau kabilah itu mencoba mencegah jalan unta Nabi, dan tak henti-hentinya meminta dengan gigih agar Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam sudi membahagiakan mereka dengan menetap di kampung mereka. Sedangkan Nabi menjawab tawaran mereka sambil tersenyum syukur di bibirnya dan bersabda,

"Lapangkanlah  jalannya, karena ia hanyaa menjalankan perintah ."

 Rasul telah menyerahkan sepenuhnya pemilihan ini kepada qadar Ilahi yang akan memimpin langkah perjuangannya kelak. Oleh karena itulah ia membiarkan saja tali kekang untanya terlepas bebas, tidak ditepuknya kuduk unta itu dan tidak juga dihentikan langkahnya. Hatinya dihadapkan  kepada Allah,   serta diserahkan dirinya kepada-Nya dengan berdoa:

"Ya Allah, tunjukkan tempat tingalku, pilihkanlah untukku... !".

 Di muka rumah Bani Malik bin Najjar unta itu bersimpuh ia bangkit dan berkeliling di tempat itu. Kemudian pergi ke tempat ia bersimpuh, tadi dan kembali bersimpuh  dan tidak beranjak dari tempatnya. Maka turunlah Rasul dari atasnya dengan penuh harapan dan kegembiraan.

Salah seorang Muslimin tampil dengan wajah berseri-seri karena suka citanya. Ia maju, lalu membawa barang muatan dan memasukkan ke rumahnya, kemudian mempersilahkan Rasul masuk. Rasul pun mengikutinya dengan diliputi oleh rasa hikmah dan berkah. Maka tahukah anda sekalian siapa orang yang berbahagia ini, yang telah dipilih takdirnya bahwa unta Nabi akan berlurut di muka rumahnya, sehingga Rasul menjadi tamunya, dan semua penduduk Madinah akan merasa iri atas nasib mujurnya.

 Dialah Abu Ayub al-Anshari Khalid bin Zaid, cucu Malik bin Najjar.

 Rasul telah memilih untuk menempati ruangan rumahnya tingkat pertama. Tetapi begitu Abu Ayub naik ke kamarnya di tingkat atas iai menggigil, dan tak kuasa membayangkan dirinya akan tidur dan berdiri di suatu tempat yang lebih tinggi dari tempat berdiri dan tidurnya Rasulullah itu.

Ia lalu mendesak Nabi dengan gigih dan mengharapkan beliau agar pindah ke tingkat atas, hingga Nabi pun memperkenankan pengharapannya itu. Nabi akan berdiam di sana sampai selesai pembangunan masjid dan pembangunan biliknya di samping masjid itu.

 Abu Ayyub juga termasuk orang yang gigih dalam memperjuangkan Islam(berperang dijalan Allah). Mulai dengan perang Badar, kemudian Uhud dan Khandaq, pendeknya di semua medan tempur dan medan laga, ia tampil sebagai pahlawan yang sedia mengorbankan nyawa dan harta bendanya untuk Allah Rabul Alamin. Termasuk setelah  Rasul wafat, ia tak pernah ketinggalan menyertai pertempuran yang diwajibkan atas Muslimin, sekalipun jarak yang akan ditempuh jauh dan beban yang akan dihadapi sangat berat.

 Absennnya ia dalam peperangan tercatat hanya satu kali, Sekalipun demikian, bukan main menyesalnya atas sikapnya yang selalu menggoncangkan jiwanya itu. Sehingga ia berkata: "Tidak jadi soal lagi bagiku, siapa orang yang akan menjadi atasanku !"

Setelah itu tak pernah lagi ia ketinggalan dalam peperangan. Keinginannya hanyalah untuk hidup sebagai prajurit dalam tentara Islam, berperang dibawah benderanya dan membela kehormatannya !

 Termasuk sewaktu diketahuinya bala tentara Islam bergerak ke arah Konstantinopel, segeralah ia memegang kuda dengan membawa pedangnya, terus maju mencari  syahid yang sudah lama didambakan dan dirindukannya. Dalam pertempuran ini ia ditimpa luka berat,meski  serangan itu belum berhasil. Ketika komandannya pergi menjenguknya, nafasnya sedang berlomba dengan keinginannya hendak menemui Allah. Maka bertanyalah panglima pasukan waktu itu, Yazid bin Mu awiyah: ''Apa keinginan anda, wahai Abu Ayub?".

Aneh tapi nyata, Sungguh ia telah meminta kepada Yazid, bila ia tmeninggal, agar jasadnya dibawa dengan kudanya sejauh jarak yang dapat ditempuh ke arah musuh, dan di sanalah ia akan dikebumikan. Kemudian hendaklah Yazid berangkat dengan bala tentaranya sepanjang jalan itu, sehingga terdengar olehnya bunyi  telapak kuda muslimin di atas kuburnya dan agar diketahuinya bahwa mereka telah berhasil mencapai kemenangan dan keuntungan yang mereka cari !

 Dan sungguh, wasiat Abu Ayub itu dilaksanakan oleh Yazid! Di jantung kota Konstantinopel yang sekarang bernama Istanbul, di sanalah terdapat makam seorang  laki-laki besar.

Hingga sebelum tempat itu dikuasai oleh orang-orang Islam, orang-orang Romawi penduduk Konstantinopel memandang Abu Ayub di makamnya itu sebagai orang suci. Dan anda akan takjub jika mendapati semua ahli sejarah yang mencatat peristiwa-peristiwa itu, berkata:

"Orang-orang Romawi sering mengunjungi dan berziarah ke kuburnya dan meminta hujan dengan perantaraannya, bila mereka mengalami kekeringan."

 Disanalah Abu Ayub dimakamkan,tempat yang kelak terjadi pertempuran sengit dan penentuan. Tempat yang kelak akan terdengar suara adzan dengan merdu, tempat umat muslim menyebarkan risalahnya kelak. Abu Ayub tidak ingin melewatkan momen itu, sehingga ia meminta agar dimakamkan disana, di Konstantinopel.

 Abu Ayub adalah orang yang baik, tenang, dan tenteram dalam kesehariaannya. Hal tersebut dikarenakan ia pernah mendengar Nabi berkata : "Bila kamu shalat, maka shalatlah seolah-olah yang terakhir atau hendak berpisah. Jangan sekali-kali mengucapkan kata-kata yang menyebabkan kamu harus meminta maaf ! Lenyapkan harapan terhadap apa  yang berada di tangan orang lain.!"


Semoga rahmat senantiasa dilimpahkan kepada beliau termasuk kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat, dan kerabat-kerabatnya.

 

 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

DENGAN MODAL TAAT, KEKURANGANNYA DIGANJAR SERIBU KEBAIKAN

KISAH MASUK ISLAMNYA SEORANG UMAR BIN KHATTAB R.A

KERAS KEPALA YANG BERMANFAAT ( ABDURRAHMAN BIN ABU BAKAR)